Friday, July 27, 2012

Menggadang-Gadang Petanque

(Foto:FOPI)
(Foto:FOPI)

Dengan Ridho Allah yang maha kuasa, lapangan "pitong" yang pertama dan satu-satunya yang standar di Indonesia bersama-sama kita resmikan.” Begitu Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengucapkan “petanque” saat peresmian lapangan latihan petanque di Jalan Kapten Abdulrahim Talang Semut, Palembang 17 April 2011.

Pengucapan petanque ala Alex Noerdin nyaris sama dengan bunyi yang diucapkan orang Prancis menyebut olahraga yang lahir di Negara asal Napoleon itu. Tapi bunyi yang berbeda bisa kita dengar dari mulut Ketua Umum KONI Sumsel Muddai Madang dan Ketua Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Caca Isa Saleh.Keduanya menyebut “petanque” seperti mengucap “pe ta(n)k”.

Bagaimana penyebutan yang benar? Itu tentu bukan soal penting. Yang jelas, Petanque memang olahraga baru di Indonesia. Meski di negara lain olahraga yang muncul sejak 1907 ini sudah cukup lama populer dan dipertandingkan di turnamen-turnamen internasional, Indonesia baru membentuk Federasi Petanque 11 April 2011. Itu pun lantaran petanque menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di SEA Games 2011 di Palembang. Di SEA Games, petanque sudah dipertandingkan sejak 2001.

“Lima bulan sebelum SEA Games 2011 saya diperintahkan untuk menyiapkan petanque di Indonesia. Dari lapangan sampai menyiapkan atletnya juga,” kata Ketua FOPI, Caca Isa Saleh.

Persiapan tim petanque Indonesia yang berlaga di SEA Games 2011 akhirnya serba kilat. Ica Saleh mencari atlet-atlet potensial dari kampus sampai ke markas tentara, khususnya Angkatan Darat. Hasilnya 90 nama masuk daftar, tapi setelah diseleksi, FOPI merekrut 8 atlet. “ Dapat 18 orang kemudian setelah dilatih di Thailand dipilih 8 orang,” kata Caca. Thailand menjadi rujukan karena Negeri Gajah Putih itu cukup maju dalam cabor petanque.

Hasilnya? tidak dapat apa-apa.” Ya bagaimana?! kita baru lima bulan latihan, negara lain sudah 30 tahun belajar. Di SEA Games 2011, Thailand menyabet peringkat atas perebutan emas, dengan 3 emas, disusul Laos 2 emas, dan Kamboja 1 emas. Myanmar dan Malaysia hanya kebagian perak dan perunggu.

Tapi kedepan, Indonesia berharap bisa mengukir prestasi saat SEA Games 2013 di Myanmar. Bibit-bibit atlet mulai dipantau melalui kegiatan sosialisasi di daerah-daerah. Caca optimistis, Indonesia memiliki potensi bagus dalam olahraga petanque.

Dia melihat potensi itu saat turnamen petanque di Bali beberapa waktu lalu. Ketika itu FOPI merekrut mahasiswi IKIP Denpasar untuk mengikuti turnamen tersebut, dan secara mengejutkan ternyata mahasiswi tersebut bisa mengalahkan atlet lain dari Prancis. “Padahal baru dilatih dua hari. Mungkin naluri olahraganya memang dia sudah punya,” ujar Caca.

Bermain petanque memang tidak sulit, kata Caca. Olahraga ini bisa dimainkan secara perorangan, ganda (tiga bola) dan bertiga (dua bola). Sederhananya, pemenang dalam permainan ini yaitu pemain yang bisa melempar boules atau bosi, (bola besi) sedekat mungkin ke bola target yang disebut jack (bola dari kayu berdiameter 30mm). Lapangannya sebesar 15x4 meter atau minimal 12x3 meter. Dalam bermain, pemain harus berada di dalam lingkaran berdiameter 35-50 cm. Setelah bola para pemain habis, maka penghitungan pun dilakukan. Bola yang terdekat memiliki poin paling tinggi.

Karena hanya melempar bola besi seberat 650-800 gram dengan jarak yang tidak terlalu jauh, permainan ini tidak terlalu menguras energi. Yang terpenting dalam bermain petanque ini yaitu, konsentrasi dan ketepatan prediksi saat melempar bola yang ukurannya hampir sama dengan bola tenis itu. Sebab itu, untuk bermain petanque tidak perlu tubuh yang atletis. Kurus, gemuk, tinggi, pendek, semua bisa bersaing dalam permainan ini. Selain itu, permainan ini juga bisa dimainkan segala lapisan umur.

“Tidak ada latihan fisik khusus. Hanya karena olahraga ini membutuhkan konsentrasi, sebelum pertandingan, dalam sepekan dua kali kami melakukan yoga,” tutur Caca.”Seru lho main petanque itu.Tapi karena bermainnya bolak-balik (pindah-pindah posisi) bisa 20 kali, tidak terasa pinggang sudah terasa sakit,” imbuh pria yang juga Direktur Utama Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi Sumatera Selatan itu seraya tertawa.

Murah tapi masih impor

Menurut Caca, olahraga ini boleh dibilang olahraga murah, hanya, alat-alat petanque masih diimpor dari Thailand. Sebelum FOPI berdiri, sebenarnya permainan petanque sudah masuk ke Indonesia, namun para pemainnya masih sebatas ekspatriat. Di Jakarta mereka bermain di  Jakarta Petanque club di Ragunan, dan  International Sport Club Indonesia di Ciputat.

Di Jakarta sendiri, Caca kurang yakin petanque bisa berkembang karena popularitasnya masih kalah dengan futsal dll. Saat ini, fokus pembinaan dipusatkan di Palembang.Wajar saja, karena di sana terdapat venue pertandingan yang sudah bertaraf internasional.Di Jakarta belum ada.

Turnamen rutin digelar di Palembang satu bulan sekali. FOPI juga menggelar sosialisasi ke berbagai daerah, seperti Bali, Jakarta, Semarang, Jawa Barat, Jawa Timur dan sebentar lagi akan digelar di Lampung dan Batam.

“Lumayan hasilnya, kemarin kita dapat juara di kategori bertiga (triple) pria di Australia,” terangnya.
(fit)

No comments:

Post a Comment