Sunday, July 8, 2012

Melatih Mental Pemain Tidak Bisa Sekejap

JAKARTA, - Liga Gramedia U-14 musim 2012 memasuki pekan ke-23. Mental pemain menjadi perhatian para pelatih dan manajer sekolah sepak bola peserta LKG U-14 karena pemain bertanding dalam kompetisi yang berlangsung selama delapan bulan. Mental pemain tidak bisa dilatih dalam sekejap mata, tetapi melalui proses panjang.

Manajer Sekolah Sepak Bola (SSB) Bina Taruna Novialdi seusai pertandingan di Stadion Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (8/7), mengatakan, masa kompetisi LKG U-14 musim 2012 yang panjang berpotensi menurunkan mental bertanding pemain. Untuk mengantisipasi penurunan mental, pemain di Liga Gramedia (LKG) U-14 berlatih terpisah dari siswa SSB Bina Taruna lainnya.

Menurut Novialdi, tujuan pemisahan latihan itu untuk menjaga mental pemain agar tetap bergairah dalam setiap laga.

”Pemain betul-betul berlatih bersama sebagai satu tim. Kalau latihannya digabung dengan anak-anak lain, pelatih sulit mengawasi dan pemain tidak fokus latihan,” katanya.

Pelatih SSB Villa 2000 Ridho Mahendra mengatakan, mental pemain selalu dijaga dengan memperkuat rasa kebersamaan sebagai satu tim ketika berlatih. Ridho melanjutkan, di SSB Villa 2000 tidak ada perlakuan istimewa terhadap pemain.

”Semua pemain mendapat perlakuan sama, tidak ada yang spesial. Tidak peduli dia pemain bintang atau biasa-biasa saja,” katanya.

Menurut Ridho, menjaga kedisiplinan saat berlatih juga efektif menjaga mental pemain. Pemain yang absen, sering terlambat latihan, atau tidak serius saat latihan mendapat sanksi.

Di SSB Persigawa, pemain diarahkan agar sesering mungkin mengikuti pertandingan untuk memperkuat mental. Manajer SSB Persigawa Ade Kurniawan mengatakan, mental pemain akan terbentuk dengan mengikuti banyak kompetisi.

”Pemain mendapat banyak pelajaran dari kompetisi. Apalagi mental mereka masih labil. Kemarin main bagus, hari ini belum tentu,” kata Ade.

Aspek nonfisik

Psikolog olahraga, Jo Rumeser, menjelaskan, yang disebut mental adalah aspek nonfisik yang dimiliki setiap pemain. Aspek nonfisik tersebut meliputi proses berpikir yang positif, pantang menyerah saat bertanding atau kala latihan, dan sikap menghargai lawan serta menghargai diri sendiri.

”Pemain yang bermental baik dapat mengubah keadaan dari kondisi kalah menjadi menang. Pemain bermental baik selalu konsentrasi dengan pertandingan yang akan dihadapinya. Dia tidak peduli dengan hasil sebelumnya atau sesudahnya,” kata Jo.

Jo menambahkan, mental pemain tidak bisa dibentuk secara instan. Mental pemain hanya bisa dibentuk secara perlahan-lahan oleh pelatih dan oleh situasi dalam latihan. Pelatih tidak boleh menyalahkan pemain dengan mengatakan mental pemainnya buruk.

”Pembentukan mental dapat melalui hal-hal sederhana. Misalnya pemain tidak boleh terlambat datang ke tempat latihan atau pemain harus mengumpulkan bola yang bertebaran seusai latihan,” ujarnya. (WAD)

 

No comments:

Post a Comment